21 Maret 2009

Sekolah Bertaraf Internasional

Tulisan Berikut dikutip dari Tanggapan Tulisan Pak Satria Dharma
(http://satriadharma.wordpress.com/2007/09/19/sekolah-bertaraf-internasional-quo-vadiz/#more-49)


Salam Hormat untuk Pak Satria, saya suka dengan tulisan-tulisan Bapak yang kritis tentang pendidikan di Indonesia. Saya salah seorang pendidik yang bekerja di sekolah bertaraf internasional yang menggunakan kurikulum IB. Saya terlibat dalam pergumulan dan permenungan yang cukup lama sebelum memutuskan kurikulum apa yang akan ditambahkan ke dalam kurikulum nasional kita sehingga bisa menggali potensi anak didik dan menjadikan mereka individu yang siap dan mandiri untuk hidup di masyarakat. Kami akhirnya memutuskan untuk menggunakan kurikulum IB. Banyak tantangan yang kami hadapi terutama cara pandang orang tua murid yang sudah terbentuk untuk selalu memperhatikan nilai test/hasil akhir tanpa menghargai proses. Kami pun perlu mengadakan beberapa kali sesi untuk bisa mengubah cara pandang orang tua tentang pembelajaran yang menempatkan anak sebagai subyek pembelajaran, juga pembelajaran yang melibatkan orang tua berperan aktif.


Tantangan lain yang kami hadapi adalah merekrut pendidik yang tepat untuk kurikulum yang kami tawarkan. Hanya beberapa orang guru saja dari ratusan guru yang melamar di sekolah kami yang benar-benar berkualitas tepat untuk mengajar dengan bahasa Inggris sebagai media komunikasi. Saya juga prihatin dengan kualitas guru-guru yang dihasilkan dari perguruan tinggi/FKIP yang tidak sesuai dengan IP yang ada di sertifikatnya. Bagaimana mungkin seseorang dengan IP lebih dari 3 berpredikat Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris namun setelah di tes dalam seleksi perekrutan menjawab ” Maaf Bahasa Inggris saya belum fasih, makanya saya ingin melancarkan bahasa Inggris saya dengan mengajar.” Langsung si pelamar tersebut kami minta untuk pulang dan memperdalam bahasa Inggrisnya sebelum melamar lagi untuk menjadi guru bahasa Inggris.

Untuk guru-guru yang baru lulus dan bekerja pada sekolah kami, training adalah hal wajib pertama yang harus mereka jalani. Selama 3 minggu penuh mereka mengikuti training awal di sekolah kami sehingga mereka siap untuk memulai hari pertama dan hari-hari selanjutnya mengajar anak-anak didik. Training berkala pun diadakan untuk membuat para guru tahu bagaimana cara pembelajaran terkini yang harus mereka kuasai dan transferkan ke anak didik.
Sejak awal didirikan sekolah kami memang sudah memutuskan untuk menggunakan Bahasa Inggris sebagai media komunikasi selain Bahasa Indonesia. Sehingga Bahasa Inggris adalah syarat mutlak bagi para guru yang kami rekrut.

Dari pengalaman yang saya alami lebih mudah mengajar anak balita berbahasa Inggris daripada mengajar orang dewasa untuk menguasai bahasa Inggris. Susah sekali untuk menjadikan orang dewasa yang tidak berbahasa Inggris sama sekali untuk menguasai bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari apalagi untuk meminta mereka untuk mentransfer konsep pengajaran dalam bahasa Inggris.

Jadi untuk mengubah guru yang tidak berbahasa Inggris untuk mengajar dalam bahasa Inggris dengan mengirimkan mereka ke institusi/kursus bahasa Inggris yang terbaik sekalipun menurut saya adalah HIL yang MUSTAHAL. Ini menyangkut teori otak juga dimana Bahasa akan mudah dipelajari oleh otak dari usia dini 0-6 tahun. Di usia 6-12 untuk mempelajari suatu bahasa akan memakan waktu lebih lama dan sulit, sedangkan diatas 12 tahun lebih sulit lagi untuk menguasai suatu bahasa.

Saya setuju dengan bapak tentang kekhawatiran bapak dengan keberhasilan sekolah rintisan bertaraf internasional karena para pengajarnya yang belum dipersiapkan secara hati-hati.
Sekolah kami memerlukan waktu 5 tahun untuk mendapatkan otorisasi dari International Baccalaureate Organization untuk Primary Years Programme (untuk anak usia 3-12 tahun).

Salam
Yustina Ries


Selengkapnya...

07 Maret 2009

Posisi dan Pencahayaan Saat Mengoperasikan Komputer

Posisi tangan saat mengoperasikan Keyboard


Posisi Tangan Saat Pegang Mouse



Posisi Duduk dan Cara Duduk yang Benar

Selengkapnya...